Fadly : Nonton Teve Sambil Ngobrolin Buaya
(Tabloid Dara 30/I, 24 Oktober - 5 November 2000)

Orangnya cool, simple, ramah dan apa adanya. Itu yang terekam setelah beberapa jam ngobrol sama vokalis Padi satu ini. Dari mulai ngobrolin skripsi sampai buaya juga asik-asik aja. Eh, buaya? Buaya apaan sih? Simak aja ceritanya di sini.
Janjian ketemu Fadly ternyata nggak sulit. Ternyata vokalis Padi yang satu ini ramah banget. Sekali janjian kita langsung bisa ketemu. Beruntung juga Fadly lagi ada jadwal manggung bareng Padi di salah satu kafe di Jakarta, jadi nggak perlu menemuinya di rumah kontrakannya di Yogya.
Hari Minggu, di rumah kontrakan anak-anak Padi di daerah Lebak Bulus, saya dan Fadly janjian ketemu. Nyari lokasi markas anak-anak Padi ternyata sulit juga, untung setelah saya menghubungi Piyu (gitaris) lewat HP, akhirnya berhasil juga nemuin rumah kontrakan berlantai dua itu.
Tepat pukul 11.45 siang diiringi hujan yang lumayan lebat, sampai juga saya di depan rumah bercat putih. Begitu memasuki base camp-nya Padi itu, Piyu datang menyambut dengan bercelana pendek dan masih dalam keadaan baru bangun tidur. "Kita baru selesai latihan tadi malam, sampai jam duabelas malam," cerita Piyu. Ruang depan yang tanpa meja kursi dan hanya beralaskan karpet itu, terasa lembab karena hujan yang mendadak datang setelah sebelumnya udara cukup panas.
Dalam ruang depan, belum kelihatan Fadly. Setelah saya sadar, Fadly ternyata lagi membelakangi saya sambil telepon. Dengan kaos hijau dan rambut cepak, dia makin kelihatan berisi dibandingkan saat pertama kali Padi nongol lewat klip, Sudahlah.
Sambil menunggu Fadly selesai telepon, Piyu bercerita tentang rumah kontrakan yang baru mereka tempati sejak bulan Mei lalu setelah sebelumnya mereka tinggal di daerha Radio Dalam. Di rumah ini tinggal 3/5 personil Padi, yaitu Piyu, Fadly dan Yoyo (drummer) beserta para kru. Sedangkan Rindra (bassis) dan Ari (gitaris), kos di tempat lain. Piyu juga cerita tentang rencana Padi yang akan masuk studio rekaman lagi sekitar akhir bulan Oktober atau awal November tergantung dari kapan turunnya surat perpanjangan skripsinya Fadly. 
Emang, si Fadly ini belum selesai-selesai ngerjain skripsinya. Padahal udah nggak ada mata kuliah lagi, tinggal skripsi doang. Tapi, berhubung kesibukannya sama Padi, juga karena seringnya berganti judul skripsi, jadinya pengerjaan skripsinya nggak kunjung selesai. "Aku sih pingin banget nyelesain skripsi, mudah-mudahan sekarang bisa aku kerjain," ungkapnya setelah dia menutup telpon. "Soalnya, batas studi angkatanku sekitar tahun depan. Kalau lewat, bisa DO," tambah mahasiswa angkatan 93 jurusan Studi Pembangunan, UNAIR.
Setelah selesai ngobrol masalah skripsi, Fadly minta permisi mandi, karena Padi harus siap-siap untuk check sound sekitar pukul empat sore.
Sebelum mandi Fadly minta pendapat sama kita-kita yang ada di ruang depan itu, kacamata mana yang harus dia pakai untuk show nanti malam. "Yang mana nih, yang harus aku pakai, kalau yang ini gimana?" tanyanya dengan logat Surabaya campur Makassar-nya yang unik. Sambil memakai kaca mata gaul berkaca kuning dan sedikit gaya, teman-teman yang melihatnya langsung tertawa.
Logat Makassar Fadly emang jelas ada latar belakangnya. Fadly besar di pulau Sulawesi. Keluarganya aja sekarang masih tinggal di Ujung Pandang semua. Baru karena tembus UMPTN di Universitas Airlangga, Surabaya, dia harus pindah ke Surabaya. Dan, ternyata emang udah yang namanya nasib, Fadly bertemu dengan para personil Padi di ibukota propinsi Jawa Timur ini sampai akhirnya berhasil cukup sukses bersama Padi.
"Aku sih pingin Padi naiknya pelan-pelan. Diakui sebagai musisi yang baik, bukan sebagai selebritis. Pinginnya sih kayak Pearl Jam. Nggak banyak muncul di media, tapi tetap aja sukses. Jangan sampai Padi nanti born by media, killed by media," ungkapnya setelah selesai mandi.
Sebenarnya meski besar di Ujung Pandang, kuliah di Surabaya, meniti karir di Jakarta, Fadly lebih ingin tinggal di kota gudeg, Yogyakarta. Dia sudah punya rumah kontrakan di sama yang sekarang lagi jarang ia tinggali. "Aku ngontrak bareng seorang teman, anak ISI Yogya. Sekarang dia yang tinggal di sana," ungkapnya. "Aku pingin tinggal di Yogya karena aku pingin belajar macam-macam jenis seni musik dari seluruh Indonesia. Yogya kan bisa dibilang kota seni. Miniatur kesenian Indonesia. Nanti aku sih pingin Padi juga bisa mainin musik-musik etnis, jadi kayak world music gitu. Tapi itu nanti, aku masih mau belajar yang banyak dulu tentang musik tradisional," tambahnya
Acara ngobrol dilanjutin terus sambil nonton teve yang saat itu nggak banyak berubah channel. Kalau nggak Discovery Channel, saluran TV kabel yang selalu menyiarkan tentang alam dan lingkungan hidup, atau saluran musik. Pas ada satwa di layar kaca, Fadly pun cerita tentang kampung halamannya.
"Di kampungku, di Sulawesi masih banyak buaya di sungai-sungainya," cerita Fadly. "Kita bisa lihat buaya itu dari atas jembatan gantung. Mereka itu termasuk buaya muara. Badannya besar-besar, seperti itu...." tambahnya sambil menunjuk buaya yang berukuran panjang kira-kira 2 meter lebih dan beratnya sekitar 100 kilo. "Buaya jenisnya macam-macam. Ada yang moncongnya besar, ada yang ramping," ujarnya berusaha menjelaskan. "Kalau buaya darat? Hahahaha..." celetuk salah satu kru yang diringi tawa seisi ruangan.
Nggak terasa, waktu terus berjalan, udah sekitar jam 3 lewat. Dan, anak-anak Padi udah harus siap-siap untuk berangkat menuju Champions Café. Tempat show mereka di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.
Sesampainya di sana, sekitar jam 4 sore, ternyata ada kerusakan pada mixer dan pre-amp gitarnya Ari ngadat. Sehingga acara check sound terganggu. Dan, untuk menghilangkan kesuntukan, sebagian personil Padi, termasuk Fadly, dan beberapa kru serta pihak dari Sativa Management (Manajemennya Padi) main biliar yang emang tersedia di kafe itu.
Baru sekitar pukul 19.30 malam, Padi selesai check sound, padahal mereka akan manggung sekitar pukul 22.30! jadi mereka cuma punya waktu sekitar dua jam untuk siap-siap plus istirahat. Mereka nggak mau ngecewain fans-nya yang bakal datang, apalagi acara malam itu adalah U2 Nite. Jadi selain harus muasin fansnya Padi, mereka juga harus muasin fansnya U2. Lumayan berat kan bebannya?
Ketika dalam perjalanan kembali menuju ke rumah, Fadly udah ngerasa agak nggak enak badan. "Waduh, pilek lagi. Suaraku agak serak, nih," keluh Fadly sambil memeluk badannya sendiri berusaha untuk tidur. Dan, benar aja, sesampainya di rumah, Fadly langsung masuk kamar untuk istirahat biar cuma sebentar.
Setelah menyantap makan malam, yang dibawa oleh SenSen, road manager-nya Padi, sekitar jam 10 malam berangkatlah kembali rombongan Padi untuk manggung. Fadly masih agak sedikit merasa kurang enak badan, tapi demi memuaskan para pengunjung, yang malam itu cukup banyak datang untuk nonton Padi dan juga Gypsy Can, Fadly merasa harus tampil prima.
Pas sampai ke Champions Café, tempat acara U2 Nite itu berlangsung, Gypsy Can, band asal Bandung ini lagi manggung. Mereka bawain lagu-lagu U2 seperti The Sweetest Thing. Baru setelah mereka Padi akan main.
Fadly terlihat kedinginan di ruangan kafe yang cukup sejuk itu, padahal cowok ini udah memakai baju dobel untuk mengatasinya. Mungkin efek dari nggak enak badannya itu tadi. Jadinya, Fadly dikit-dikit rada menggigil.
Sekitar pukul sebelas malam, Padi pun naik ke atas panggung. Penonton langsung memberi sambutan hangat karena emang Padi-lah yang ditunggu-tunggu malam itu. Tanpa basa-basi Padi langsung mainin Sudahlah. Kemudian setelah Fadly, yang malam itu main gitar akustik dan Piyu berterimakasih kepada berbagai pihak, termasuk Baron (mantan gitarisnya GIGI) dan Yovie Widianto yang juga datang malam itu, Padi langsung memuaskan fansnya dengan Mahadewi, Seperti Kekasihku, dan Begitu Indah. Suara Fadly yang sebelumnya ia khawatirkan itu, ternyata justru malah bikin improvisasi vokalnya makin keren dan ekspresif banget.
Setelah fans Padi terpuaskan, sekarang giliran Padi untuk muasin fansnya U2. mereka bawain lagu-lagu U2 seperti With Or Without You, Stay, All I Want Is You, One, dan ditutup dengan Pride. Tapi ternyata penonton nggak juga puas, mereka minta Padi untuk main lagi. Dan ternyata....SURPRISE! Fadly nongol sendiri dengan gitar akustiknya bawain Creep-nya Radiohead. Jelas aja, para penotnon. Khususnya penonton cewek langsung pada histeris abis. "What the hell am I doing here? I don't belong here," kalimat yang keluar dari pita suaranya Fadly mengakhiri lagu yang bikin Radiohead jadi ngetop di mana-mana.
Yah....tapi seiring selesainya lagu Creep, berarti selesai juga perjumpaan dengan Fadly, si vokalis yang rendah hati, ramah dan care sama orang lain itu. Saking ramahnya, jadi nggak nyangka kalau dia itu vokalisnya Padi, salah satu band berbakat di Indonesia. Keep it that way, man. There is more about you.