Fadly : "Masyarakat Masih Gampang Dibohongi"
Komentar Fadly tentang Artis Jual Tampang
Jawa Pos - Deteksi, Sabtu 28 Oktober 2000
Jadi artis beneran nggak semudah yang digambarkan orang. Kalo emang niat, kita
harus siap untuk total masuk ke dalamnya, dan berusaha menghasilkan karya yang
terbaik. Jangan tampil sekedarnya. So, nggak akan timbul kesan kalo kita itu
sekadar jual tampang doang.
Kalo mau jujur, emang banyak sih artis Indonesia yang jual tampang. Biasanya,
pas image-nya lagi bagus, mereka segera menjajal terjun ke bidang lain. Padahal
belum tentu dia punya kemampuan yang memadai.
Pasar Indonesia yang nggak kuat, serta banyak produser musik yang bobrok,
membuat bermunculannya artis yang terkesan jual tampang. Mereka memproduksi apa
saja yang lagi ngetren saat ini. Ketika satu jenis musik meledak penjualannya,
mereka berlomba-lomba memproduksinya. Nggak peduli kualitas! Yang penting
diminati dan laku.
Mereka berusaha menjual image artis yang lagi naik daun. Mereka pun cenderung
eksis secara instan, dan sulit membedakan karya musik sebagai komoditas atau
sebagai hasil karya.
Sementara itu, si penyanyinya sendiri juga lugu. Mereka mau nyanyi karena memang
duitnya gede.
Parahnya, apresiasi masyarakat Indonesia terhadap musik masih kurang. Pendengar
musik masih gampang dibohongi. Mereka masih mengutamanakan bentuk fisik dan
tampang. Padahal, yang penting adalah karya seni. Kalo hanya sekadar ngandalin
tampang aja, apa yang mau didapat? Seharusnya. Masyarakat berpikir apa yang bisa
diambilnya dari sebuah karya seni. Apa misi dan visi yang terkandung di
dalamnya.
Sudah saatnya musik Indonesia bisa maju. Katanya sih, musik kita menduduki
peringkat dua di Asia setelah Jepang. Kita memang harus berusaha meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap seni. Dengan begitu, mereka nggak bisa dibodohi
begitu saja oleh para produser. Saya pernah ngobrol dengan seorang wartawan dari
Malaysia. Dia cerita bahwa setelah album Siti Nurhaliza meledak, para produser
Malaysia banyak membuat album sejenis. Meski begitu, album-album tersebut tetap
nggak mendapat tempat di hati pendengar di Malaysia.
Kalo saya sendiri, berusaha untuk tetap konsisten di jalur musik. Pengin
berapresiasi penuh di dunia musik. Karena itu, saya nggak pernah mau terlibat di
iklan ataupun sinetron. Orang kenal saya dari musik maka nggak ada niatin untuk
berpaling dari dunia tersebut. Saya lebih pengin dikenal jadi musisi.
Tuduhan artis jual tampang juga sering dilontarkan kepada kami (PADI sebagai
grup). Kami sih cuek aja. Ngapain ngurusin omongan yang kayak gitu! Yang
penting, kami melakukan sesuatu yang emang sudah diyakini. Kalo mau bukti, lihat
aja penampilan panggung kami. Kami berusaha untuk jadi musisi yang sebenarnya,
dan bukan band yang setengah-setengah. Penginnya sih, bisa meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap seni.
Karena itu, kami selalu menolak tampil di TV jika diharuskan main playback
(pura-pura). Itu sama aja dengan berbohong pada masyarakat. Kami pengin orang
lihat Padi secara live. Dengan begitu, mereka bisa melihat dan memberi
penilaian.
Kami sendiri banyak belajar dari group-group legendaris, misalnya U2 atau Sting.
Ya, belajar mengenai semangat, kemauannya yang keras serta kedisiplinan. Kami
berusaha berkarya sebaik mungkin. Itu bukti bahwa kami emang total di musik.
Masalah Padi jual tampang atau memang punya kualitas, kami serahkan penilaian
tersebut pd masyarakat. Yang penting, kami sudah melakukan yang terbaik yang
bisa dilakukan. Toh, nanti masyarakat akan bisa menilai kami ini sekadar jual
tampang atau enggak.
Ada satu obsesi yang pengin kami raih, yaitu memadukan musik asli Indonesia
dengan sound yang modern. Sehingga, musik asli Indonesia tetap dapat tempat dan
diterima masyarakat. Nggak kalah dengan musik-musik modern lainnya. (de)