PADI : Musiknya Para Calon Sarjana
(Disctarra.com, 29 Oktober 2000)

BERANGGOTAKAN:
Ari Sosianto (Ari, gitaris, kelahiran Bogor, 11 September 1974), Andi Fadly Arifuddin (Fadly, vokalis, kelahiran Makassar, 13 Juni 1975), Satrityo Yudi Wahono (Piyu, gitaris, kelahiran Surabaya, 15 Juli 1973), Rindra Risyanto Noo (Rindra, bassist, kelahiran Balikpapan, 5 Desember 1973) dan Surendro Prasetyo (Yoyok, drummer, kelahiran Surabaya, 29 November 1975).
Cikal-bakal Padi mulai muncul tahun 19
96. Ari dan Piyu yang sedang vakum dari bandnya masing-masing sepakat untuk membikin band. Keduanya lalu mengajak Rindra dan Fadly untuk bergabung.

Ketika itu mereka belum memiliki calon drummer. Mereka lalu bertemu dengan Yoyok yang baru pulang dari Jakarta. Mulanya mereka cuma berkumpul dan latihan bersama di rumah Yoyok, akhirnya menemukan kesamaan minat, sampai akhirnya sepakat untuk lebih serius lagi. Nama yang dipilih awalnya adalah Soda. Nama Padi sendiri akhirnya sepakat dipilih pada tanggal 8 April 1997.

Sebelum bergabung, masing-masing sudah punya pengalaman bermain band dengan grup terdahulu. Piyu pernah bergabung dengan grup keras Crystal, Airo dan Rotor.
Yoyok bermain untuk grup Andromeda dan sempat menjadi drummer terbaik se-Jawa-Bali (1988) dan menjadi drummer terbaik se Indonesia tahun 1999.
Fadly pernah bergabung dengan Mr.Q Band dan kenyang main di pub atau kafe di Surabaya. Begitu pula dengan Ari dan Rin  dra.

Walaupun musik telah menjadi bagian dalam hidup mereka, anak-anak muda ini tak mengenyampingkan pentingnya pendidikan formal. Mereka adalah mahasiswa yang tetap aktif di kampusnya, Unair Surabaya.
Ari, Fadly, Yoyok dan Piyu kuliah di Fakultas Ekonomi, sedangkan Rindra mengambil pendidikan Notariat. "Sekarang saya sedang membuat skripsi, doakan saja agar lulus," kata Fadly.

Nama Padi mulai dikenal di kalangan penggemar musik setelah mereka menelorkan album Sobat (1998). Lagu itu sempat bertahan selama 3 minggu berturut-turut di puncak tangga lagu "10 Bintang Berprestasi" Radio TMI FM Jakarta, dan bertahan no 1 selama 3 minggu di Hai Top. Sejak itu undangan konser terus berdatangan.

Apa yang diperoleh Padi memang bukan datang begitu saja. Lima anak muda yang mengawali kariernya musiknya ketika masih kuliah di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, telah melakukan perjalanan panjang dan tetap bertekun di bidang musik.

Meskipun mereka rata-rata memiliki kemampuan bermusik yang baik, untuk mencari nama tetap harus memulai dari level paling bawah. Ketika Dewa 19, Jamrud, Boomerang, Rif manggung, Padi rela menjadi band kelas dua, artinya hanya menjadi kelompok musik pembuka dari konser grup-grup tersebut di atas. Itu terjadi antara tahun 1996 - 1998.

Sukses yang dibangun Padi mau tak mau memaksa perusahaan rekaman besar, Sony Music Indonesia untuk mengontraknya. Maka lahirlah album Lain Dunia (1999) yang dirilis pada 7 Agustus 1999.
Ternyata Padi bukan cuma menarik dalam live. Album mereka juga digemari kalangan anak muda. Atas suksesnya itu Sony Music memberikan PH Platinum untuk grup ini.

Seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Filosfi itu agaknya  dipegang benar oleh anak-anak kelompok Padi. Ketika mereka meraih 2 award dalam sebuah acara yang diadakan oleh sebuah merek cairan keramas di Balai Sidang, 23 September lalu, tidak ada kesan jumawa atau semacam eforia dari para anggotanya.

"Kami berangkat dari Surabaya dengan cita-cita sederhana. Kami ingin bermusik. Kita tidak menyangka bakal memang. Jangankan mendapat award, masuk nominasi saja kami sudah senang," Fadly, vokalis Padi dalam jumpa pers usai acara puncak. Komentar itu bukan sebagai sikap tidak mensyukuri apa yang telah diperoleh, tetapi sebuah cerminan kesederhanaan. Malam itu, Padi berhasil meraih dua award, masing-masing dari kategori Fabulous Album dan The Coolest Duo / Group. Sebelumnya grup ini masuk nominasi dari kedua kategori itu.

Namun mereka juga tidak munafik. Masa lalunya yang agak kelam tak ingin ditutup-tutupi. Sebagai anak muda yang selalu ingin tahu, beberapa di antaranya tidak menyangkal pernah pula bersinggungan dengan narkoba (untungnya sekarang mereka, katanya sudah insyaf dan menjauhi bubuk setan itu!). (02)